BAB I
Pendahuluan
Bahasan mengenai pemimpin dan
kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang
baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa
yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Meskipun demikian masih
tetap sulit untuk menerapkan seluruhnya, sehingga dalam prakteknya hanya
beberapa pemimpin saja yang dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik dan
dapat membawa para pengikutnya kepada keadaan yang diinginkan.
Kepemimpinan dapat dikategorikan sebagai ilmu sosial terapan (applied social sciences). Hal
ini didasarkan kepada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan prinsip-prinsipnya
mempunyai manfaat langsung dan tidak langsung terhadap upaya mewujudkan
kesejahteraan umat manusia.
Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu
yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara lain, menyajikan berbagai hal yang
berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan dan memberikan pengaruh dalam
menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya dengan pemecahan aneka macam persoalan
yang mungkin timbul dalam ekologi kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu
cabang ilmu pengetahuan, yang mempunyai peran penting dalam rangka proses
administrasi. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa peran seorang pemimpin
merupakan implementasi dari fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan
salah satu di antara peran administrator
dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau dengan
senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah
kepemimpinan telah banyak dikemukakan oleh para ahli manajemen dan perilaku.
Beberapa di antaranya dapat ditemukan dalam tulisan Paul Hersey dan Kenneth
Blanchard (1994). Di sana dituliskan defenisi beberapa ahli tentang makna kata
kepemimpinan di antaranya :
Pertama, menurut George R. Terry,
kepemimpinan adalah : …aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha
mencapai tujuan kelompok secara suka rela… (Hersey; 1995 h:98). Kedua,
Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Messarik sepakat mendefenisikan
sebagai berikut: …pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam suatu situasi,
dan diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu…
(Hersey; 1995 h:99). Berbeda dengan Harold
Koonts dan Cyril O’Donnel, mereka lebih ringkas mendefinisikan istilah ini
dengan : Upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan
bersama… (Hersey, 1995 h:99).
Tiga
pengertian di atas hanya sebagian kecil saja dari sekian ratus pengertian
kepemimpinan yang dibuat oleh ahli manajemen dan perilaku. Namun pada akhirnya
para ahli manajemen dan perilaku sepakat mendefenisikan kepemimpinan sebagai
proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai
tujuan dalam situasi tertentu (Hersey ; h:99). Jadi definisi
tersebut berlaku untuk semua situasi dan semua tempat asalkan ada seseorang
yang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka telah
berlangsung kepemimpinan. Dengan kata lain, dalam defenisi ini kepemimpinan
tidak selalu hanya menceritakan hubungan hirarki antara atasan dan bawahan,
tapi setiap seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain maka orang itu
adalah pemimpin potensial dan orang yang dipengaruhinya adalah pengikut
potensial. Tidak jadi masalah apakah orang tersebut atasan, rekan sejawat,
bawahan, kawan, atau sanak keluarga.
Hersey
& Blanchard menyatakan “…studi-studi empirik cenderung menunjukkan bahwa
tidak ada gaya kepemimpinan normative atau terbaik. Pemimpin yang efektif
mengadaptasi perilaku mereka untuk memenuhi kebutuhan pengikut mereka dan
lingkungan. Apabila para pengikut mereka berbeda, maka mereka harus
diperlakukan secara berbeda pula. Hersey
dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya
merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan,
serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari
pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya
kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi
tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s), dengan demikian setiap
orang yang berkepentingan atas keberhasilannya sendiri sebagai seorang
pemimpin, maka ia harus mencurahkan pikiran serius terhadap
pertimbangan-pertimbangan perilaku dan lingkungan ini. (Hersey : 1995 h:123).
Menurut Hersey dan
Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain
atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai
dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan
mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan
yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan
bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu
perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau
tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu
organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses
tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab
itu, seorang pemimpin dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan
Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha
pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti
kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya,
tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang
dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan
demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu
pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan
lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
BAB II
Teori Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan
antara (1) tingkat bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan
pemimpin; (2) tingkat dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang
disediakan pemimpin; dan (3) tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan
(kematangan bawahan) dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (Hersey & Blanchard, h.178).
Gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku
yang diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain
seperti yang dipersepsikan orang lain. Gaya kepemimpinan seseorang terdiri dari
kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku hubungan. Kedua jenis perilaku itu,
tugas dan hubungan, yang merupakan inti konsep gaya kepemimpinan, didefinisikan
sebagai berikut (Hersey & Blanchard, h.114):
− Perilaku tugas adalah
kadar upaya pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok
(pengikut); menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan, di mana, dan
bagaimana cara menyelesaikannya; dicirikan dengan upaya untuk menetapkan pola
organisasi, saluran komunikasi, dan cara penyelesaian pekerjaan secara rinci
dan jelas.
Pendapat tersebut jelas bahwa perilaku tugas dapat
menentukan apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan dikerjakan,
untuk apa, jumlah biaya, darimana dan dengan siapa mengerjakannya dan
kesemuanya ini disampaikan kepada karyawan. Adapun instrumen untuk mengukur
perilaku tugas menurut Hersey, Blanchard dan Hembleton yang didasarkan dalam
lima dimensi perilaku sebagai berikut (Hersey & Blanchard, h.191):
Tabel 1
Instrumen untuk Mengukur Perilaku Tugas Pemimpin
DIMENSI PERILAKU TUGAS
|
INDIKATOR PERILAKU
|
Sejauh mana
pemimpin........
|
|
Penyusunan tujuan
|
Menetapkan tujuan yang perlu dicapai orang-orang
|
Pengorganisasian
|
Mengorganisasi situasi kerja bagi orang-orangnya
|
Menetapkan batas waktu
|
Menetapkan batas waktu bagi orang-orangnya
|
Pengarahan
|
Memberikan arahan spesifik
|
Pengendalian
|
Menetapkan dan mensyaratkan adanya laporan regular tentang kemajuan
pelaksanaan pekerjaan
|
− Perilaku hubungan adalah
kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi diantara mereka sendiri dan
dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) dengan membuka lebar saluran
komunikasi, menyediakan dukungan sosio-kultural dan pemudahan perilaku.
Adapun instrumen untuk mengukur perilaku hubungan
menurut Hersey, Blachard dan Hembleton yang didasarkan dalam lima dimensi
perilaku sebagai berikut (Hersey & Blanchard, h.191) :
Tabel 2
Instrumen untuk Mengukur
Perilaku Hubungan Pemimpin
DIMENSI PERILAKU TUGAS
|
INDIKATOR PERILAKU
|
Sejauh mana
pemimpin........
|
|
Memberikan dukungan
|
Memberikan dukungan dan mendorong
|
Mengkomunikasikan
|
Melibatkan orang-orang dalam diskusi yang bersifat “memberi dan menerima”
tentang aktifitas kerja
|
Memudahkan interaksi
|
Memudahkan interaksi diantara orang-orangnya
|
Aktif menyimak
|
Berusaha mencari dan menyimak pendapat dan kerisauan orang-orangnya
|
Memberikan balikan
|
Memberikan balikan tentang prestasi orang-orangnya
|
Pengenalan
kedua perilaku diatas sebagai suatu dimensi penting dari perilaku pemimpin,
telah dikenal sebagai suatu bagian yang penting dari kerja keras ahli-ahli
manajemen beberapa dasawarsa terakhir ini. Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang kepemimpinan situasional,
perlu bagi kita mempertemukan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kematangan
Pengikut karena pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita
adalah:
- Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu.
- Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.
A. GAYA
KEPEMIMPINAN
Variabel ini sangat penting karena gaya
kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi
pengikutnya untuk merealisasi visinya. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh
dari tindakan seorang pemimpin, baik gaya yang tampak maupun yang tidak tampak
oleh bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,
sebagai hasil kombinasi yang konsistensi dari falsafah, keterampilan, sifat,
sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi
kinerja bawahannya (Veithzal Rivai, h.64).
Ada empat gaya dasar
kepemimpinan yaitu (Thoha, h.67) yaitu:
Gambar 1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan
1. Gaya
1 (G1) : Instruksi (memberitahukan)
Ini
ditujukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan,
gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan
peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaiman, bilamana dan
dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan
diumumkan dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
2. Gaya
2 (G2) : Konsultasi (menjajakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan, dalam menggunakan gaya ini pempimpin masih banyak memberikan
pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan
meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha
mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan
saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control)
atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
3. Gaya
3 (G3) : Parstisipasi (mengikutsertakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi
dukungan dan rendah pengarahan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini,
pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan
pembuat keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin
adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya
karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
4. Gaya
4 (G4) : Delegasi (mendelegasikan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang rendah
dukungan dan rendah pengarahan. Pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama
dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang
kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada
bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang
bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi
bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memiliki
kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggungjawab dalam pengarahan perilaku
mereka sendiri.
B. KEMATANGAN/KESIAPAN
PENGIKUT atau KELOMPOK
Semua orang
cenderung lebih atau kurang matang dalam hubungannya dengan tugas, fungsi, atau
sasaran spesifik yang diupayakan pemimpin untuk diselesaikan melalui upaya
mereka (Hersey & Blanchard, h.179). Menurut Hersey dan Blanchard ada
hubungan yang jelas antara level kematangan orang-orang dan atau kelompok
dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk
menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational
memandang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok
untuk memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi
tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang
berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin
dicapai pemimpin.
Menurut Paul
Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan
bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan.
Ada dua dimensi kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Kematangan Pekerjaan
Dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan
pekerjaan yang tinggi dalam bidang tertentu memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tanpa arahan dari orang
lain. Seseorang yang tinggi kematangan kerjanya boleh jadi akan mengatakan:
”Saya benar-benar berbakat dalam bagian pekerjaan saya yang ini. Saya dapat
bekerja sendiri dalam bidang itu tanpa memerlukan banyak bantuan dari pimpinan
saya.”
b. Kematangan Psikologis
Dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Hal ini
erat kaitannya dengan rasa yakin dan keikatan. Orang-orang yang sangat matang
secara psikologis dalam bidang atau tanggungjawab tertentu merasa bahwa
tanggungjawab merupakan hal yang penting serta memiliki rasa yakin terhadap
diri sendiri dan merasa dirinya mampu dalam aspek pekerjaan tertentu. Mereka
tidak membutuhkan dorongan ekstensif untuk mau melakukan hal-hal dalam bidang
tersebut. Komentar orang yang sangat matang secara psikologis kemungkinan besar
adalah: ”Saya sangat menyenangi aspek pekerjaan saya yang ini. Atasan saya
tidak perlu mengawasi saya dengan ketat atau mendorong saya untuk melakukan
pekerjaan dalam bidang itu.”
Berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dijelaskan
tersebut, maka kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi empat level
kematangan, seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Kontinum Tingkat Kematangan Pengikut
TINGGI
|
SEDANG
|
RENDAH
|
|
M4
|
M3
|
M2
|
M1
|
Mampu dan mau atau percaya diri
|
Mampu tetapi tidak mau atau tidak percaya diri
|
Tidak mampu tapi mau atau percaya diri
|
Tidak mampu dan tidak mau atau tidak percaya diri
|
Indikator dari kesiapan setiap level tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam Kematangan Level 1 (M1), pengikut tidak mampu dan kurang komitmen
dan motivasi untuk melaksanakan tugasnya atau dapat juga pengikut tidak mampu
dan merasa tidak percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator M1 atau
tak mampu dan tidak mau antara lain adalah:
- Tidak melakukan tugas pada level yang dapat diterima
- Terintimidasi oleh tugasnya
- Tidak jelas mengenai arah tugas
- Penundaan pelaksanaan tugas
- Mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tugas
- Menghindari tugas
- Menjadi defensif atau tidak enak untuk melaksanakan tugas.
2. Dalam Kematangan Level 2 (M2), pengikut tidak mampu akan tetapi
mempunyai kemauan untuk melaksanakan tugas. Pemimpin kurang kemampuannya akan
tetapi termotivasi untuk berupaya melaksanakan tugasnya. Atau pengikut tidak
mampu tapi punya percaya diri untuk melaksanakan tugasnya sepanjang pemimpin
berada di dekatnya untuk memberikan panduan. Indikatornya adalah sebagai
berikut:
- Tertarik dan responsif
- Menunjukkan kemampuan sedang
- Mau menerima masukan
- Penuh perhatian
- Antusiastik
- Mau melaksanakan tugas baru tanpa pengalaman.
3. Dalam Kematangan Level 3 (M3), pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi
tidak mempunyai kemauan untuk mempergunakan kemampuannya untuk melaksanakan
tugas. Dapat juga pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi tidak mempunyai
percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator kesiapan ini adalah sebagai
berikut:
- Telah menunjukkan pengetahuan dan kemampuan
- Tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan atau mengambil langkah berikutnya dalam melaksanakan tugas
- Kelihatannya takut, kaget dan bingung
- Tampak masa bodo untuk melaksanakan tugas sendiri
- Sering meminta balikan
4. Dalam Kematangan Level 4 (M4), pengikut mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk melaksanakan tugas. Atau mungkin juga pengikut mempunyai kemampuan dan
mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator dari kesiapan ini
adalah:
- Membuat atasan selalu terinformasi tentang kemajuan pelaksanaan tugas
- Mempergunakan sumber secara efisien
- Bertanggungjawab dan berorientasi pada hasil
- Dapat melaksanakan tugas secara independent
- Berbagi berita baik dan buruk
- Membuat keputusan yang efektif mengenai tugas
- Melaksanakan standar tinggi
- Berbagi ide kreatif
- Menyelesaikan tugas tepat waktu atau lebih cepat
C. GAYA
KEPEMIMPINAN Versus KEMATANGAN PENGIKUT
Gaya kepemimpinan yang sesuai (gaya
pemimpin) bagi level kematangan tertentu dari pengikut digambarkan dengan kurva
preskriptif yang bergerak melalui keempat kuadran kepemimpinan. Kurva berbentuk
lonceng itu disebut kurva preskriptif karena hal itu menunjukkan gaya
kepemimpinan yang sesuai langsung di atas level kematangan yang berkaitan.
Hubungan gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan dilukiskan dalam gambar
dibawah ini (Thoha, h.70) :
Gambar
2 Model Kepemimpinan Situasional
Gambar di atas berusaha menggambarkan hubungan
antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan
yang sesuai untuk diterapkan ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang
sedang ke kematangan yang telah berkembang (dari M1 sampai dengan M4). Hubungan
tersebut dapat diikuti uraian penjelasannya sebagai berikut (Thoha, h.71):
1. G1 (Instruksi), diberikan untuk pengikut yang rendah kematangannya.
Orang yang tidak mampu dan mau (percaya diri) (M1) memiliki tanggungjawab untuk
melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak memiliki keyakinan. Dalam
banyak kasus ketidakinginan mereka merupakan akibat dari ketidakyakinannya atau
kurangnya pengalaman dan pengetahuannya berkenaan dengan suatu tugas. Dengan
demikian, gaya pengarahan (G1) memberikan pengarahan yang jelas dan spesifik.
2. G2 (Konsultasi), adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang
yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul tanggungjawab memiliki
keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan. Dengan demikian, gaya konsultasi
(G2) yang memberikan perilaku mengarahkan, karena mereka kurang mampu, juga
memberikan perilaku mendukung untuk memperkuat kemampuan dan antusias,
tampaknya merupakan gaya yang sesuai digunakan bagi individu pada tingkat
kematangan seperti ini.
3. G3 (Partisipasi), adalah bagi tingkat kematangan dari sedang ke tinggi.
Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak
berkeinginan (M3) untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan
mereka itu seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan. Namun bila mereka
yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau,
maka keengganan mereka untuk melaksanakan tugas tersebut lebih merupakan
persoalan motivasi dibandingkan persoalan keamanan. Dengan demikian, gaya yang
mendukung, tanpa mengarahkan, partisipasi (G3) mempunyai tingkat keberhasilan
yang tinggi untuk diterapkan bagi individu dengan tingkat kematangan seperti
ini.
4. G4 (Delegasi), adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi.
Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau
mempunyai keyakinan untuk memikul tanggungjawab (M4). Dengan demikian, gaya
delegasi yang berprofil rendah (G4) memberikan sedikit pengarahan atau dukungan
memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan
individu-individu dalam tingkat kematangan seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar