don't you remember

Jumat, 08 Februari 2013

Kepemimpinan


BAB I
Pendahuluan 
Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Meskipun demikian masih tetap sulit untuk menerapkan seluruhnya, sehingga dalam prakteknya hanya beberapa pemimpin saja yang dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik dan dapat membawa para pengikutnya kepada  keadaan yang diinginkan. Kepemimpinan dapat dikategorikan sebagai ilmu sosial terapan (applied social sciences). Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan prinsip-prinsipnya mempunyai manfaat langsung dan  tidak langsung terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara lain, menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan dan memberikan pengaruh dalam menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya dengan pemecahan aneka macam persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang mempunyai peran penting dalam rangka proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa peran seorang pemimpin merupakan implementasi dari fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran administrator dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para  bawahan agar mau dengan senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah kepemimpinan telah banyak dikemukakan oleh para ahli manajemen dan perilaku. Beberapa di antaranya dapat ditemukan dalam tulisan Paul Hersey dan Kenneth Blanchard (1994). Di sana dituliskan defenisi beberapa ahli tentang makna kata kepemimpinan di antaranya :
Pertama, menurut George R. Terry, kepemimpinan adalah : …aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara suka rela… (Hersey; 1995 h:98). Kedua, Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Messarik sepakat mendefenisikan sebagai berikut: …pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam suatu situasi, dan diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu… (Hersey; 1995 h:99). Berbeda dengan Harold Koonts dan Cyril O’Donnel, mereka lebih ringkas mendefinisikan istilah ini dengan : Upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama… (Hersey, 1995 h:99).
Tiga pengertian di atas hanya sebagian kecil saja dari sekian ratus pengertian kepemimpinan yang dibuat oleh ahli manajemen dan perilaku. Namun pada akhirnya para ahli manajemen dan perilaku sepakat mendefenisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu (Hersey ; h:99). Jadi definisi tersebut berlaku untuk semua situasi dan semua tempat asalkan ada seseorang yang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, maka telah berlangsung kepemimpinan. Dengan kata lain, dalam defenisi ini kepemimpinan tidak selalu hanya menceritakan hubungan hirarki antara atasan dan bawahan, tapi setiap seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain maka orang itu adalah pemimpin potensial dan orang yang dipengaruhinya adalah pengikut potensial. Tidak jadi masalah apakah orang tersebut atasan, rekan sejawat, bawahan, kawan, atau sanak keluarga.
Hersey & Blanchard menyatakan “…studi-studi empirik cenderung menunjukkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan normative atau terbaik. Pemimpin yang efektif mengadaptasi perilaku mereka untuk memenuhi kebutuhan pengikut mereka dan lingkungan. Apabila para pengikut mereka berbeda, maka mereka harus diperlakukan secara berbeda pula. Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s), dengan demikian setiap orang yang berkepentingan atas keberhasilannya sendiri sebagai seorang pemimpin, maka ia harus mencurahkan pikiran serius terhadap pertimbangan-pertimbangan perilaku dan lingkungan ini. (Hersey : 1995 h:123).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpin dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.



BAB II
Teori Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard

Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara (1) tingkat bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin; (2) tingkat dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin; dan (3) tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan (kematangan bawahan) dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu  (Hersey & Blanchard, h.178).
Gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain. Gaya kepemimpinan seseorang terdiri dari kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku hubungan. Kedua jenis perilaku itu, tugas dan hubungan, yang merupakan inti konsep gaya kepemimpinan, didefinisikan sebagai berikut (Hersey & Blanchard, h.114):
     Perilaku tugas adalah kadar upaya pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok (pengikut); menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan, di mana, dan bagaimana cara menyelesaikannya; dicirikan dengan upaya untuk menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan cara penyelesaian pekerjaan secara rinci dan jelas.
Pendapat tersebut jelas bahwa perilaku tugas dapat menentukan apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan dikerjakan, untuk apa, jumlah biaya, darimana dan dengan siapa mengerjakannya dan kesemuanya ini disampaikan kepada karyawan. Adapun instrumen untuk mengukur perilaku tugas menurut Hersey, Blanchard dan Hembleton yang didasarkan dalam lima dimensi perilaku sebagai berikut (Hersey & Blanchard, h.191):
Tabel 1
Instrumen untuk Mengukur Perilaku Tugas Pemimpin
DIMENSI PERILAKU TUGAS
INDIKATOR PERILAKU

Sejauh mana pemimpin........
Penyusunan tujuan
Menetapkan tujuan yang perlu dicapai orang-orang
Pengorganisasian
Mengorganisasi situasi kerja bagi orang-orangnya
Menetapkan batas waktu
Menetapkan batas waktu bagi orang-orangnya
Pengarahan
Memberikan arahan spesifik
Pengendalian
Menetapkan dan mensyaratkan adanya laporan regular tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan
     Perilaku hubungan adalah kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi diantara mereka sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) dengan membuka lebar saluran komunikasi, menyediakan dukungan sosio-kultural dan pemudahan perilaku.
Adapun instrumen untuk mengukur perilaku hubungan menurut Hersey, Blachard dan Hembleton yang didasarkan dalam lima dimensi perilaku sebagai berikut (Hersey & Blanchard, h.191) :
Tabel 2
Instrumen untuk Mengukur Perilaku Hubungan Pemimpin
DIMENSI PERILAKU TUGAS
INDIKATOR PERILAKU

Sejauh mana pemimpin........
Memberikan dukungan
Memberikan dukungan dan mendorong
Mengkomunikasikan
Melibatkan orang-orang dalam diskusi yang bersifat “memberi dan menerima” tentang aktifitas kerja
Memudahkan interaksi
Memudahkan interaksi diantara orang-orangnya
Aktif menyimak
Berusaha mencari dan menyimak pendapat dan kerisauan orang-orangnya
Memberikan balikan
Memberikan balikan tentang prestasi orang-orangnya

Pengenalan kedua perilaku diatas sebagai suatu dimensi penting dari perilaku pemimpin, telah dikenal sebagai suatu bagian yang penting dari kerja keras ahli-ahli manajemen beberapa dasawarsa terakhir ini. Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang kepemimpinan situasional, perlu bagi kita mempertemukan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah:

  • Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu.
  • Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.
 A.    GAYA KEPEMIMPINAN
Variabel ini sangat penting karena gaya kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya untuk merealisasi visinya. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik gaya yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi yang konsistensi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya (Veithzal Rivai, h.64).
Ada empat gaya dasar kepemimpinan yaitu (Thoha, h.67) yaitu:
Gambar 1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan
 

1.      Gaya 1 (G1) : Instruksi (memberitahukan)
Ini ditujukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan, gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaiman, bilamana dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
2.      Gaya 2 (G2) : Konsultasi (menjajakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan, dalam menggunakan gaya ini pempimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.

3.      Gaya 3 (G3) : Parstisipasi (mengikutsertakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuat keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
4.      Gaya 4 (G4) : Delegasi (mendelegasikan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan. Pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggungjawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.

B.     KEMATANGAN/KESIAPAN PENGIKUT atau KELOMPOK
Semua orang cenderung lebih atau kurang matang dalam hubungannya dengan tugas, fungsi, atau sasaran spesifik yang diupayakan pemimpin untuk diselesaikan melalui upaya mereka (Hersey & Blanchard, h.179). Menurut Hersey dan Blanchard ada hubungan yang jelas antara level kematangan orang-orang dan atau  kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational memandang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung  pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Ada dua dimensi kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Kematangan Pekerjaan
Dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan pekerjaan yang tinggi dalam bidang tertentu memiliki pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tanpa arahan dari orang lain. Seseorang yang tinggi kematangan kerjanya boleh jadi akan mengatakan: ”Saya benar-benar berbakat dalam bagian pekerjaan saya yang ini. Saya dapat bekerja sendiri dalam bidang itu tanpa memerlukan banyak bantuan dari pimpinan saya.”
b. Kematangan Psikologis
Dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Hal ini erat kaitannya dengan rasa yakin dan keikatan. Orang-orang yang sangat matang secara psikologis dalam bidang atau tanggungjawab tertentu merasa bahwa tanggungjawab merupakan hal yang penting serta memiliki rasa yakin terhadap diri sendiri dan merasa dirinya mampu dalam aspek pekerjaan tertentu. Mereka tidak membutuhkan dorongan ekstensif untuk mau melakukan hal-hal dalam bidang tersebut. Komentar orang yang sangat matang secara psikologis kemungkinan besar adalah: ”Saya sangat menyenangi aspek pekerjaan saya yang ini. Atasan saya tidak perlu mengawasi saya dengan ketat atau mendorong saya untuk melakukan pekerjaan dalam bidang itu.”
Berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dijelaskan tersebut, maka kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi empat level kematangan, seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Kontinum Tingkat Kematangan Pengikut
TINGGI
SEDANG
RENDAH
M4
M3
M2
M1
Mampu dan mau atau percaya diri
Mampu tetapi tidak mau atau tidak percaya diri
Tidak mampu tapi mau atau percaya diri
Tidak mampu dan tidak mau atau tidak percaya diri

Indikator dari kesiapan setiap level tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam Kematangan Level 1 (M1), pengikut tidak mampu dan kurang komitmen dan motivasi untuk melaksanakan tugasnya atau dapat juga pengikut tidak mampu dan merasa tidak percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator M1 atau tak mampu dan tidak mau antara lain adalah: 
  • Tidak melakukan tugas pada level yang dapat diterima
  • Terintimidasi oleh tugasnya 
  • Tidak jelas mengenai arah tugas 
  •  Penundaan pelaksanaan tugas 
  • Mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tugas 
  • Menghindari tugas 
  • Menjadi defensif atau tidak enak untuk melaksanakan tugas.
2. Dalam Kematangan Level 2 (M2), pengikut tidak mampu akan tetapi mempunyai kemauan untuk melaksanakan tugas. Pemimpin kurang kemampuannya akan tetapi termotivasi untuk berupaya melaksanakan tugasnya. Atau pengikut tidak mampu tapi punya percaya diri untuk melaksanakan tugasnya sepanjang pemimpin berada di dekatnya untuk memberikan panduan. Indikatornya adalah sebagai berikut: 
  • Tertarik dan responsif 
  • Menunjukkan kemampuan sedang 
  • Mau menerima masukan 
  • Penuh perhatian 
  • Antusiastik 
  • Mau melaksanakan tugas baru tanpa pengalaman.
3. Dalam Kematangan Level 3 (M3), pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi tidak mempunyai kemauan untuk mempergunakan kemampuannya untuk melaksanakan tugas. Dapat juga pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi tidak mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator kesiapan ini adalah sebagai berikut: 
  • Telah menunjukkan pengetahuan dan kemampuan 
  • Tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan atau mengambil langkah berikutnya dalam melaksanakan tugas 
  • Kelihatannya takut, kaget dan bingung 
  • Tampak masa bodo untuk melaksanakan tugas sendiri 
  • Sering meminta balikan
4. Dalam Kematangan Level 4 (M4), pengikut mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas. Atau mungkin juga pengikut mempunyai kemampuan dan mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator dari kesiapan ini adalah:
  • Membuat atasan selalu terinformasi tentang kemajuan pelaksanaan tugas 
  • Mempergunakan sumber secara efisien 
  • Bertanggungjawab dan berorientasi pada hasil 
  • Dapat melaksanakan tugas secara independent 
  • Berbagi berita baik dan buruk 
  • Membuat keputusan yang efektif mengenai tugas 
  • Melaksanakan standar tinggi 
  • Berbagi ide kreatif 
  • Menyelesaikan tugas tepat waktu atau lebih cepat

C.     GAYA KEPEMIMPINAN Versus KEMATANGAN PENGIKUT 
Gaya kepemimpinan yang sesuai (gaya pemimpin) bagi level kematangan tertentu dari pengikut digambarkan dengan kurva preskriptif yang bergerak melalui keempat kuadran kepemimpinan. Kurva berbentuk lonceng itu disebut kurva preskriptif karena hal itu menunjukkan gaya kepemimpinan yang sesuai langsung di atas level kematangan yang berkaitan. Hubungan gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan dilukiskan dalam gambar dibawah ini (Thoha, h.70) :
Gambar 2 Model Kepemimpinan Situasional


Gambar di atas berusaha menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang telah berkembang (dari M1 sampai dengan M4). Hubungan tersebut dapat diikuti uraian penjelasannya sebagai berikut (Thoha, h.71):
1. G1 (Instruksi), diberikan untuk pengikut yang rendah kematangannya. Orang yang tidak mampu dan mau (percaya diri) (M1) memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak memiliki keyakinan. Dalam banyak kasus ketidakinginan mereka merupakan akibat dari ketidakyakinannya atau kurangnya pengalaman dan pengetahuannya berkenaan dengan suatu tugas. Dengan demikian, gaya pengarahan (G1) memberikan pengarahan yang jelas dan spesifik.
2. G2 (Konsultasi), adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul tanggungjawab memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan. Dengan demikian, gaya konsultasi (G2) yang memberikan perilaku mengarahkan, karena mereka kurang mampu, juga memberikan perilaku mendukung untuk memperkuat kemampuan dan antusias, tampaknya merupakan gaya yang sesuai digunakan bagi individu pada tingkat kematangan seperti ini.
3. G3 (Partisipasi), adalah bagi tingkat kematangan dari sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan (M3) untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka itu seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan. Namun bila mereka yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau,
maka keengganan mereka untuk melaksanakan tugas tersebut lebih merupakan persoalan motivasi dibandingkan persoalan keamanan. Dengan demikian, gaya yang mendukung, tanpa mengarahkan, partisipasi (G3) mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi untuk diterapkan bagi individu dengan tingkat kematangan seperti ini.
4. G4 (Delegasi), adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk memikul tanggungjawab (M4). Dengan demikian, gaya delegasi yang berprofil rendah (G4) memberikan sedikit pengarahan atau dukungan memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan individu-individu dalam tingkat kematangan seperti ini.